Minggu, 29 Desember 2024
Kamis, 05 Desember 2024
UAS Soal 1
1. Tujuan [back]
Tegangan coil: DC 5V
Struktur: Sealed type
Sensitivitas coil: 0.36W
Tahanan coil: 60-70 ohm
Kapasitas contact: 10A/250VAC, 10A/125VAC, 10A/30VDC, 10A/28VDC
Ukuran: 196154155 mm
Jumlah pin: 5
10 Segment Anoda
A. Spesifikasi
- Available in two modes Common Cathode (CC) and Common Anode (CA)
- Available in many different sizes like 9.14mm,14.20mm,20.40mm,38.10mm,57.0mm and 100mm (Commonly used/available size is 14.20mm)
- Available colours: White, Blue, Red, Yellow and Green (Res is commonly used)
- Low current operation
- Better, brighter and larger display than conventional LCD displays.
- Current consumption : 30mA / segment
- Peak current : 70mA
11. Counter (IC 74193)
Spesifikasi
- 4-bit presettable synchronous up/down counter.
- It has an individual Preset input Pin by using this we can load any count and start the counting from that loaded number.
- Cascading can be used to design mod-n counter (where n = 0, 1, 2, 3,…………., infinity).
- Modulo-16 counter (However the counting is not limited to 16 we can increase the counting by cascading two or more IC74193).
- Low Power . . . 95 mW Typical Dissipation.
- High Speed . . . 40 MHz Typical Count Frequency.
- Input Clamp Diodes Limit High-Speed Termination Effects.
A. Spesifikasi• 11.2 x 11.2 x 9.0mm maximum surface mount package• Ferrite core material • High current carrying capacity, low core losses • Controlled DCR tolerance for sensing circuits • Inductance range from 205nH to 950nH • Current range from 11.5 to 69 amps • Frequency range up to 2MHz• Storage temperature range (component): -40 °C to +125 °C • Operating temperature range: -40 °C to +125 °C (ambient plus self-temperature rise) • Solder reflow temperature: J-STD-020 (latest revision) compliant
14) Kapasitor A700D107M006ATE018A. Spesifikasi
• ESR: 6mΩ to 70mΩ
• Voltage: 2V to 16V
• Capacitance: 6.8µF to 470µF
• Operating Temperature: -55°C to 125°C
• Polymer cathode technology
• High frequency capacitance retention
• Non-ignition failure mode
• 100% accelerated steady state aging
• 100% surge current tested
• Volumetric efficiency
• Self-healing mechanism
• EIA standard case sizes
• Voltage: 2V to 16V
• Capacitance: 6.8µF to 470µF
• Operating Temperature: -55°C to 125°C
• Polymer cathode technology
• High frequency capacitance retention
• Non-ignition failure mode
• 100% accelerated steady state aging
• 100% surge current tested
• Volumetric efficiency
• Self-healing mechanism
• EIA standard case sizes
Rentang Suhu Operasional:
- LM35C: -40°C hingga +110°C.
- LM35D: 0°C hingga +100°C.
Output Tegangan:
- Linear: 10 mV/°C.
- Contoh: Pada suhu 25°C, output adalah 250 mV.
Akurasi:
- ±0.5°C (pada 25°C).
- Maksimum ±1°C di sebagian besar rentang operasional.
Tegangan Operasi:
- 4 V hingga 30 V DC.
Respon Cepat:
- Waktu respons tipikal: <10 ms untuk perubahan suhu.
Arus yang Dikonsumsi:
- Rata-rata: 60 µA (sangat hemat daya).
- VCC: Terhubung ke tegangan positif (biasanya 5V).
- GND: Terhubung ke ground.
- OUT: Output analog atau digital yang terhubung ke pin input Arduino.
Rentang Pengukuran:
- 0 hingga 1000 NTU (Nephelometric Turbidity Units) atau lebih, tergantung model.
Resolusi:
- Biasanya 1 NTU atau lebih kecil (tergantung sensitivitas sensor).
Akurasi:
- ±5% dari pembacaan atau ±2 NTU, mana yang lebih besar.
Sumber Cahaya:
- LED inframerah atau laser dioda.
- Panjang gelombang: 850 nm (untuk LED inframerah).
Tegangan Operasi:
- 3.3V atau 5V DC (untuk modul sensor berbasis mikrokontroler).
Keluaran Sensor:
- Analog (tegangan proporsional dengan tingkat kekeruhan).
- Digital (I2C atau RS485 untuk sensor industri).
Suhu Operasional:
- Biasanya 0°C hingga 50°C (tergantung model).
Bahan Sensor:
- Biasanya terbuat dari plastik ABS atau stainless steel untuk aplikasi industri.
18). Sensor TDS
Rentang Pengukuran:- 0 hingga 1,000 ppm (sensor standar).
- Hingga 10,000 ppm atau lebih untuk sensor skala industri.
Akurasi:
- ±10 ppm atau ±2% dari pembacaan.
Resolusi:
- 1 ppm (standar).
Tegangan Operasi:
- 3.3V atau 5V DC (untuk modul berbasis mikrokontroler).
Output Sensor:
- Analog (tegangan proporsional dengan nilai TDS).
- Digital (I2C, UART, atau RS485 pada sensor industri).
Suhu Operasional:
- Biasanya 0°C hingga 60°C.
Material Probe:
- Stainless steel atau titanium (untuk daya tahan dalam cairan korosif).
Rentang Pengukuran:
- 0 hingga 20 mg/L atau 0 hingga 200% saturasi.
Resolusi:
- 0.01 mg/L atau 0.1% saturasi.
Akurasi:
- ±0.1 mg/L pada suhu standar.
Output Sensor:
- Analog (tegangan atau arus).
- Digital (RS485, Modbus, atau I2C).
Tegangan Operasi:
- 5V atau 12–24V DC (tergantung tipe sensor).Suhu Operasional:
- Biasanya 0°C hingga 50°C (untuk sensor standar).
- Hingga 85°C untuk sensor industri.
Material Sensor:
- Membran berbahan Teflon atau silikon.
- Bodi stainless steel atau plastik tahan korosi
Rentang Pengukuran:
- 0 hingga 14 pH.
Resolusi:
- 0.01 pH (standar).
Akurasi:
- ±0.1 pH atau lebih baik (tergantung model).
Tegangan Operasi:
- Biasanya 3.3V atau 5V untuk modul sensor berbasis mikrokontroler.
Output Sensor:
- Analog (tegangan proporsional dengan pH).
- Digital (RS485, Modbus, atau I2C untuk sensor industri).
Suhu Operasional:
- Biasanya 0°C hingga 60°C (untuk sensor standar).
- Sensor industri dapat bekerja hingga 100°C dengan kompensasi suhu.
Material Elektroda:
- Kaca khusus tahan terhadap larutan korosif.
- Bodi pelindung berbahan plastik atau stainless steel untuk aplikasi berat
Jenis Gas yang Terdeteksi:
- Amonia (NH₃)
- Hidrogen Sulfida (H₂S)
- Metana (CH₄)
- Karbon Dioksida (CO₂)
- Gas Berbahaya Lainnya
Rentang Pengukuran:
- Biasanya 0–1000 ppm untuk gas beracun seperti H₂S dan NH₃.
- 0–5% atau lebih untuk gas mudah terbakar seperti CH₄.
Resolusi:
- 1 ppm untuk gas beracun.
- 0.01% untuk gas mudah terbakar.
Tegangan Operasi:
- 3.3V atau 5V untuk sensor standar.
- 12–24V DC untuk sensor industri.
Output Sensor:
- Analog (tegangan atau arus).
- Digital (RS485, Modbus, atau I2C).
Suhu Operasional:
- Biasanya -20°C hingga 50°C.
- Sensor industri dapat bekerja hingga 85°C.
- Resistor
Resistor merupakan komponen elektronika dasar yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian.Sesuai dengan namanya, resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Resistor memiliki simbol seperti gambar dibawah ini :
Resistor mempunyai nilai resistansi (tahanan) tertentu yang dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin dimana nilai tegangan terhadap resistansi tersebut berbanding lurus dengan arus yang mengalir, berdasarkan persamaan Hukum OHM :
Seri : Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn
Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
Paralel: 1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn
Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
- dioda
Cara Kerja Dioda
Secara sederhana, cara kerja dioda dapat dijelaskan dalam tiga kondisi, yaitu kondisi tanpa tegangan (unbiased), diberikan tegangan positif (forward biased), dan tegangan negatif (reverse biased).
Pada kondisi tidak diberikan tegangan akan terbentuk suatu perbatasan medan listrik pada daerah P-N junction. Hal ini terjadi diawali dengan proses difusi, yaitu bergeraknya muatan elektro dari sisi n ke sisi p. Elektron-elektron tersebut akan menempati suatu tempat di sisi p yang disebut dengan holes. Pergerakan elektron-elektron tersebut akan meninggalkan ion positif di sisi n, dan holes yang terisi dengan elektron akan menimbulkan ion negatif di sisi p. Ion-ion tidak bergerak ini akan membentuk medan listrik statis yang menjadi penghalang pergerakan elektron pada dioda.
Pada kondisi ini, bagian anoda disambungkan dengan terminal positif sumber listrik dan bagian katoda disambungkan dengan terminal negatif. Adanya tegangan eksternal akan mengakibatkan ion-ion yang menjadi penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-masing kutub. Ion-ion negatif akan tertarik ke sisi anoda yang positif, dan ion-ion positif akan tertarik ke sisi katoda yang negatif. Hilangnya penghalang-penghalang tersebut akan memungkinkan pergerakan elektron di dalam dioda, sehingga arus listrik dapat mengalir seperti pada rangkaian tertutup.
C. Kondisi tegangan negatif (Reverse-bias)
Pada kondisi ini, bagian anoda disambungkan dengan terminal negatif sumber listrik dan bagian katoda disambungkan dengan terminal positif. Adanya tegangan eksternal akan mengakibatkan ion-ion yang menjadi penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-masing kutub. Pemberian tegangan negatif akan membuat ion-ion negatif tertarik ke sisi katoda (n-type) yang diberi tegangan positif, dan ion-ion positif tertarik ke sisi anoda (p-type) yang diberi tegangan negatif. Pergerakan ion-ion tersebut searah dengan medan listrik statis yang menghalangi pergerakan elektron, sehingga penghalang tersebut akan semakin tebal oleh ion-ion. Akibatnya, listrik tidak dapat mengalir melalui dioda dan rangkaian diibaratkan menjadi rangkaian terbuka.
Rumus
- Induktor
Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan Induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk Komponen Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry (µH). Simbol yang digunakan untuk melambangkan Induktor dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf “L”.
Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :Simbol Induktor di proteus :
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :- Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya
- Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya
- Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.
- Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi induktansinya.
Jenis-jenis Induktor (Coil)
Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :- Air Core Inductor – Menggunakan Udara sebagai Intinya
- Iron Core Inductor – Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya
- Ferrite Core Inductor – Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya
- Torroidal Core Inductor – Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)
- Laminated Core Induction – Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan Isolator.
- Variable Inductor – Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat diputar-putar.
- Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya
Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :- Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi
- Transformator (Transformer)
- Motor Listrik
- Solenoid
- Relay
- Speaker
- Microphone
- Kapasitor
Kondensator atau kapasitor adalah komponen listrik yang digunakan untuk menyimpan muatan listrik.- Untuk menghitung nilai kapasitor elektrolit nilainya telah tertera pada komponen
- Untuk menghitung nilai kapasitor keramik, kertas, dan kapasitor non-polaritas lainnya adalah sebagai berikut:
- Contoh:
- Kode : 473Z
- Nilai Kapasitor = 47 x 103
- Nilai Kapasitor = 47 x 1000
- Nilai Kapasitor = 47.000pF atau 47nF atau 0,047µF
Huruf dibelakang angka menandakan Toleransi dari Nilai Kapasitor tersebut, Berikut adalah daftar Nilai Toleransinya :
B = 0.10pF
C = 0.25pF
D = 0.5pF
E = 0.5%
F = 1%
G= 2%
H = 3%
J = 5%
K = 10%
M = 20%
Z = + 80% dan -20%
→ Spesifikasi Kapasitor:
- Induktor
Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan Induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk Komponen Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry (µH). Simbol yang digunakan untuk melambangkan Induktor dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf “L”.Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :Simbol Induktor di proteus :
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :
- Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya
- Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya
- Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.
- Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi induktansinya.
Jenis-jenis Induktor (Coil)
Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :
- Air Core Inductor – Menggunakan Udara sebagai Intinya
- Iron Core Inductor – Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya
- Ferrite Core Inductor – Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya
- Torroidal Core Inductor – Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)
- Laminated Core Induction – Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan Isolator.
- Variable Inductor – Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat diputar-putar.
- Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya
Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :
- Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi
- Transformator (Transformer)
- Motor Listrik
- Solenoid
- Relay
- Speaker
- Microphone
- Kapasitor
- Untuk menghitung nilai kapasitor elektrolit nilainya telah tertera pada komponen
- Untuk menghitung nilai kapasitor keramik, kertas, dan kapasitor non-polaritas lainnya adalah sebagai berikut:
- Contoh:
- Kode : 473Z
- Nilai Kapasitor = 47 x 103
- Nilai Kapasitor = 47 x 1000
- Nilai Kapasitor = 47.000pF atau 47nF atau 0,047µF
Huruf dibelakang angka menandakan Toleransi dari Nilai Kapasitor tersebut, Berikut adalah daftar Nilai Toleransinya :
B = 0.10pF
C = 0.25pF
D = 0.5pF
E = 0.5%
F = 1%
G= 2%
H = 3%
J = 5%
K = 10%
M = 20%
Z = + 80% dan -20%
- Transistor NPN
Rumus dari Transitor adalah :
hFE = iC/iB
dimana, iC = perubahan arus kolektor
iB = perubahan arus basis
hFE = arus yang dicapai
Karakteristik Input
Transistor adalah komponen aktif yang menggunakan aliran electron sebagai prinsip kerjanya didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu daerah emitter, daerah basis dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan basis, dan yang lain antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor seperti dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis, atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor-basis, atau disingkat dengan dioda kolektor.
Bagian emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emitter-basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan dioda biasa. Saat tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya, arus basis (Ib) akan naik secara cepat.
Pemberian bias Ada beberapa macam rangkaian pemberian bias, yaitu: 1. Fixed bias yaitu, arus bias IB didapat dari VCC yang dihubungkan ke kaki B melewati tahanan R seperti gambar 58. Karakteristik Output.2.Self Bias adalah arus input didapatkan dari pemberian tegangan input VBB seperti gambar 60.
Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah aktif, daerah saturasi, daerah cutoff, dan daerah breakdown. Jika transistor digunakan sebagai penguat, transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor digunakan pada rangkaian digital, transistor biasanya beroperasi pada daerah saturasi dan cutoff. Daerah breakdown biasanya dihindari karena resiko transistor menjadi hancur terlalu besar.
Gelombang I/O Transistor
Bagian emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emitter-basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan dioda biasa. Saat tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya, arus basis (Ib) akan naik secara cepat.
- OP-AMP
Karakteristik IC OpAmp
- Penguatan Tegangan Open-loop atau Av = ∞ (tak terhingga)
- Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)
- Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin= ∞ (tak terhingga)
- Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout = 0 (nol)
- Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = ∞ (tak terhingga)
- Karakteristik tidak berubah dengan suhu
Karakteristik IC OpAmp
- Penguatan Tegangan Open-loop atau Av = ∞ (tak terhingga)
- Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)
- Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin= ∞ (tak terhingga)
- Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout = 0 (nol)
- Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = ∞ (tak terhingga)
- Karakteristik tidak berubah dengan suhu
Inverting Amplifier
Rumus:
NonInverting
Rumus:
Komparator
Rumus:
Adder
Rumus:
Bentuk Gelombang
- Gerbang NOT (IC 7404)
Gerbang NOT atau disebut juga "NOT GATE" atau Inverter (Gerbang Pembalik) adalah jenis gerbang logika yang hanya memiliki satu input (Masukan) dan satu output (keluaran). Dikatakan Inverter (gerbang pembalik) karena gerbang ini akan menghasilkan nilai ouput yang berlawanan dengan nilai inputnya . Untuk lebih jelasnya perhatikan simbol dan tabel kebenaran gerbang NOT berikut.
Pada gerbang logika NOT, simbol yang menandakan operasi gerbang logika NOT adalah tanda minus (-) diatas variabel, perhatikan gambar diatas.
Perhatikan tabel kebenaran gerbang NOT. Cara cepat untuk mengingat tabelnya adalah dengan mengingat pernyataan berikut. "Gerbang NOT akan menghasilkan output (keluaran) logika 1 bila variabel input (masukan) bernilai logika 0" sebalikanya "Gerbang NOT akan menghasilkan keluaran logika 0 bila input (masukan) bernilai logika 1"
- 7 Segment Anoda
Seven segment merupakan bagian-bagian yang digunakan untuk menampilkan angka atau bilangan decimal. Seven segment tersebut terbagi menjadi 7 batang LED yang disusun membentuk angka 8 dengan menggunakan huruf a-f yang disebut DOT MATRIKS. Setiap segment ini terdiri dari 1 atau 2 LED (Light Emitting Dioda). Seven segment bisa menunjukan angka-angka desimal serta beberapa bentuk tertentu melalui gabungan aktif atau tidaknya LED penyususnan dalam seven segment.
Supaya memudahkan penggunaannnya biasanya memakai sebuah sebuah seven segment driver yang akan mengatur aktif atau tidaknya led-led dalam seven segment sesuai dengan inputan biner yang diberikan. Bentuk tampilan modern disusun sebagai metode 7 bagian atau dot matriks. Jenis tersebut sama dengan namanya, menggunakan sistem tujuh batang led yang dilapis membentuk angka 8 seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas. Huruf yang dilihatkan dalam gambar itu ditetapkan untuk menandai bagian-bagian tersebut.
Dengan menyalakan beberapa segmen yang sesuai, akan dapat diperagakan digit-digit dari 0 sampai 9, dan juga bentuk huruf A sampai F (dimodifikasi). Sinyal input dari switches tidak dapat langsung dikirimkan ke peraga 7 bagian, sehingga harus menggunakan decoder BCD (Binary Code Decimal) ke 7 segmen sebagai antar muka. Decoder tersebut terbentuk dari pintu-pintu akal yang masukannya berbetuk digit BCD dan keluarannya berupa saluran-saluran untuk mengemudikan tampilan 7 segmen.
Tabel Pengaktifan Seven Segment Display
- Counter (IC 74193)
- Counter (IC 74193)
Functional Description of IC74193:
- The flip-flop output pins are Qn(Qa, Qb, Qc, & Qd).
- The A, B, C, & D are the preset pins whatever count will be loaded to the preset pins will reflect as flip-flop output
- The flip-flop output pins are Qn(Qa, Qb, Qc, & Qd).
- The A, B, C, & D are the preset pins whatever count will be loaded to the preset pins will reflect as flip-flop output
CPU & CPD Clock Terminal:
- For Up counters, the CPU(count up) is connected with clock signals and CPD is connected to logic high(5V).
- And Similarly, for the down counter, the CPD is connected to clock signals, and the CPU is connected to logic high(5V). The below figures are the diagrammatic representation for the Up/Down Counter.
- For Up counters, the CPU(count up) is connected with clock signals and CPD is connected to logic high(5V).
- And Similarly, for the down counter, the CPD is connected to clock signals, and the CPU is connected to logic high(5V). The below figures are the diagrammatic representation for the Up/Down Counter.
Master Reset(MR):
- The Master Reset(MR) terminal is used to reset the IC or to clear the IC output by applying a high signal.
- A HIGH signal on the Master Reset input will disable the preset gates, override both Clock inputs, and latch each Q output in the LOW state. If one of the Clock inputs is LOW during and after a reset or load operation, the next LOW-to-HIGH transition of that Clock will be interpreted as a legitimate signal and will be counted.
- The Master Reset(MR) terminal is used to reset the IC or to clear the IC output by applying a high signal.
- A HIGH signal on the Master Reset input will disable the preset gates, override both Clock inputs, and latch each Q output in the LOW state. If one of the Clock inputs is LOW during and after a reset or load operation, the next LOW-to-HIGH transition of that Clock will be interpreted as a legitimate signal and will be counted.
Parallel Load(PL)
- The Parallel Load(PL) is an active-low input pin this is used to load data into the IC.
- Each circuit has an asynchronous parallel load capability permitting the counter to be preset.
- When the Parallel Load (PL) and the Master Reset (MR) inputs are LOW, information present on the Parallel Data inputs (A, B, C, D) is loaded into the
counter and appears on the outputs regardless of the conditions of the clock inputs.
- The Parallel Load(PL) is an active-low input pin this is used to load data into the IC.
- Each circuit has an asynchronous parallel load capability permitting the counter to be preset.
- When the Parallel Load (PL) and the Master Reset (MR) inputs are LOW, information present on the Parallel Data inputs (A, B, C, D) is loaded into the
counter and appears on the outputs regardless of the conditions of the clock inputs.
Terminal Count Up(TCU) and Terminal Count Down(TCD):
- Terminal Count Up(TCU) and Terminal Count Down(TCD) are also active low output pins, the output is always High, it goes Low once IC reaches too its max & min count.
- When a circuit has reached the maximum count state (9 for the LS192, 15 for the LS193), the next HIGH-to-LOW transition of the Count Up Clock will cause TCU to go LOW. TCU will stay LOW until CPU goes HIGH again, thus effectively repeating the Count Up Clock, but delayed by two gate delays.
- Similarly, the TCD output will go LOW when the circuit is in the zero states and the Count Down Clock goes LOW.
- Since the TC outputs repeat the clock waveforms, they can be used as the clock input signals to the next higher-order circuit in a multistage counter.
- The truth table for these pins is given in the below table.
- Light Emitting Code (LED)
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.
- Terminal Count Up(TCU) and Terminal Count Down(TCD) are also active low output pins, the output is always High, it goes Low once IC reaches too its max & min count.
- When a circuit has reached the maximum count state (9 for the LS192, 15 for the LS193), the next HIGH-to-LOW transition of the Count Up Clock will cause TCU to go LOW. TCU will stay LOW until CPU goes HIGH again, thus effectively repeating the Count Up Clock, but delayed by two gate delays.
- Similarly, the TCD output will go LOW when the circuit is in the zero states and the Count Down Clock goes LOW.
- Since the TC outputs repeat the clock waveforms, they can be used as the clock input signals to the next higher-order circuit in a multistage counter.
- The truth table for these pins is given in the below table.
- Light Emitting Code (LED)
Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode)
Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).
LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi cahaya.
Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).
LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi cahaya.
- Motor DC
Terdapat dua bagian utama pada sebuah Motor Listrik DC, yaitu Stator dan Rotor. Stator adalah bagian motor yang tidak berputar, bagian yang statis ini terdiri dari rangka dan kumparan medan. Sedangkan Rotor adalah bagian yang berputar, bagian Rotor ini terdiri dari kumparan Jangkar. Dua bagian utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen penting yaitu diantaranya adalah Yoke (kerangka magnet), Poles (kutub motor), Field winding (kumparan medan magnet), ArmatureWinding (Kumparan Jangkar), Commutator (Komutator)dan Brushes (kuas/sikat arang).
Pada prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet untuk bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan yang bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub selatan dan kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke utara magnet. Saat ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub selatan magnet ataupun kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub utara magnet maka akan terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan pergerakan kumparan berhenti
Untuk menggerakannya lagi, tepat pada saat kutub kumparan berhadapan dengan kutub magnet, arah arus pada kumparan dibalik. Dengan demikian, kutub utara kumparan akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatannya akan berubah menjadi kutub utara. Pada saat perubahan kutub tersebut terjadi, kutub selatan kumparan akan berhadap dengan kutub selatan magnet dan kutub utara kumparan akan berhadapan dengan kutub utara magnet. Karena kutubnya sama, maka akan terjadi tolak menolak sehingga kumparan bergerak memutar hingga utara kumparan berhadapan dengan selatan magnet dan selatan kumparan berhadapan dengan utara magnet. Pada saat ini, arus yang mengalir ke kumparan dibalik lagi dan kumparan akan berputar lagi karena adanya perubahan kutub. Siklus ini akan berulang-ulang hingga arus listrik pada kumparan diputuskan.
- Voltmeter
Volt meter DC merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui beda potensial tegangan DC antara 2 titik pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika.
- Ground
Ground Berfungsi sebagai untuk meniadakan beda potensial dengan mengalirkan arus sisa dari kebocoran tegangan atau arus pada rangkaian
- Baterai
Baterai (Battery) adalah sebuah alat yang dapat merubah energi kimia yang disimpannya menjadi energi Listrik yang dapat digunakan oleh suatu perangkat Elektronik. Hampir semua perangkat elektronik yang portabel seperti Handphone, Laptop, Senter, ataupun Remote Control menggunakan Baterai sebagai sumber listriknya. Dengan adanya Baterai, kita tidak perlu menyambungkan kabel listrik untuk dapat mengaktifkan perangkat elektronik kita sehingga dapat dengan mudah dibawa kemana-mana. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat menemui dua jenis Baterai yaitu Baterai yang hanya dapat dipakai sekali saja (Single Use) dan Baterai yang dapat di isi ulang (Rechargeable). Baterai simbol seperti gambar di bawah ini:
- Baterai
- Power Supply
- Gerbang Logika AND
- Pin 7 adalah suplai negatif
- Pin 14 adalah suplai positif
- Pin 1 & 2, 5 & 6, 8 & 9, 12 & 13 adalah input gerbang
- Pin 3, 4, 10, 11 adalah keluaran gerbang
1. Sensor Dissolved Oxygen (DO)
Fungsi: Mengukur kadar oksigen terlarut dalam air.
- Prinsip Kerja: Sensor DO bekerja berdasarkan prinsip elektrokimia atau optik. Saat oksigen terlarut bersentuhan dengan membran sensor, terjadi reaksi kimia atau perubahan intensitas cahaya (untuk tipe optik), menghasilkan sinyal listrik.
- Aksi Kendali:
- Jika kadar oksigen terlalu rendah (misalnya <3 mg/L), sistem akan mengaktifkan aerator atau pompa oksigen.
- Jika terlalu tinggi, aerator akan dimatikan untuk menghemat energi.
2. Sensor Suhu
Fungsi: Memantau suhu air limbah.
- Prinsip Kerja: Sensor seperti LM35 mendeteksi perubahan suhu dan mengubahnya menjadi tegangan proporsional.
- Aksi Kendali:
- Jika suhu terlalu tinggi (misalnya >40°C), sistem akan menambahkan air dingin atau memperlambat proses reaksi yang menghasilkan panas.
- Jika suhu terlalu rendah, pemanas dapat diaktifkan (jika diperlukan).
3. Sensor pH
Fungsi: Mengukur tingkat keasaman atau kebasaan air limbah.
- Prinsip Kerja: Elektroda pH mendeteksi ion hidrogen (H+) di air, menghasilkan tegangan proporsional dengan nilai pH.
- Aksi Kendali:
- Jika pH terlalu rendah (<6), sistem akan menambahkan larutan basa seperti NaOH.
- Jika pH terlalu tinggi (>9), larutan asam seperti H₂SO₄ ditambahkan.
4. Sensor Gas
Fungsi: Mendeteksi gas beracun atau mudah terbakar seperti amonia (NH₃), hidrogen sulfida (H₂S), atau metana (CH₄).
- Prinsip Kerja: Sensor semikonduktor (seperti MQ-135) mengukur perubahan resistansi bahan sensitif saat terkena gas tertentu, menghasilkan sinyal tegangan.
- Aksi Kendali:
- Jika konsentrasi gas seperti H₂S atau NH₃ melebihi ambang batas (misalnya >10 ppm), sistem akan mengaktifkan ventilasi atau alarm peringatan.
5. Sensor Turbidity
Fungsi: Mengukur tingkat kekeruhan air untuk menentukan jumlah partikel tersuspensi.
- Prinsip Kerja: Sensor menggunakan LED dan fotodetektor untuk mengukur intensitas cahaya yang tersebar oleh partikel di air. Semakin banyak partikel, semakin tinggi tingkat kekeruhan.
- Aksi Kendali:
- Jika kekeruhan tinggi (>50 NTU), sistem akan mengaktifkan filter atau proses sedimentasi tambahan.
6. Sensor Total Dissolved Solids (TDS)
Fungsi: Mengukur jumlah padatan terlarut dalam air, seperti garam dan mineral.
- Prinsip Kerja: Sensor TDS menghitung konduktivitas listrik air dan mengonversinya menjadi konsentrasi TDS dalam ppm (parts per million).
- Aksi Kendali:
- Jika TDS terlalu tinggi (>500 ppm), air limbah akan diarahkan ke unit pengolahan tambahan, seperti reverse osmosis atau ion exchange.
7. Sensor Pelampung (Float Switch)
- Prinsip Kerja:
- Sensor water level dipasang di tangki limbah. Sensor ini memantau ketinggian air secara terus-menerus dan mengirimkan data ke sistem kontrol.
- Pada tangki Penampungan Limbah Mengontrol level air untuk mencegah meluapnya cairan limbah berbahaya.